Minggu, 20 Mei 2012

SHINING STAR ( part 2)

oke dari pada ntar nggak sempat ngepost, mending aku post yang part 2 nya sekarang aja ya!
let's check it out yo~~




Tittle         :   SHINING STAR
Author      :          cha minki a.k.a kicha
Main Cast :  Choi minho, Min Hyorin, Shin Minra
Length       : Oneshoot
Genre        : Friendship, Romance, School Life, Sad
Rating        : General

Hyorin termenung menatapi langit yang sudah mulai kemerah-merahan akibat pantulan cahaya matahari yang mulai bergerak kearah barat. Pikiran melayang jauh entah kemana. Percakapan minho dan minra tadi pagi masih menyergap pikirannya. Sebenarnya bukan gayanya memikirkan urusan orang lain yang tidak ada hubungan dengannya. Namun entah kenapa kali ini berbeda. Bayangan itu terus menghantui pikirannya.
“Arggh…..” Hyorin mengacak rambutnya kesal. Ia sangat benci dirinya seperti ini. Diri yang ternyata mencintai sahabatnya sendiri. Terkadang ia berpikir salahkah ia jika ia mencintai sahabatnya sendiri yang notabene tidak memiliki tali darah dengannya. Jika tidak mengapa ia tidak boleh mencintai minho? Apa karena perjanjian itu? jika memang karena itu ia berharap ia bisa kembali kemasa lalu dan menghapus semua perjanjian itu dari daftar hidupnya agar ia bisa mencintai minho tanpa beban meski ia tahu minho tak akan menyukainya.
Hyorin mengeluarkan handphone dari saku celananya. Ia memutuskan untuk menelpon minho dan mengajak minho kesini agar ia bisa mengeluarkan semua keluh kesahnya dan supaya minho tak bisa bertemu minra eonni. Ia sadar tindakannya sangat childish, namun ia hanya tak ingin minho menjauh darinya.
Tiiit…tiiit…. Maaf nomor yang anda tuju…..
Hyorin menutup handphonenya. Kenapa minho mematikan handphonenya? Apa yang sedang mereka bicarakan? Apakah masalah serius? Atau mereka sudah resmi berpacaran sehingga minho melupakannya secepat ini? Berbagai pikiran buruk menguasai pikirannya. Akhirnya Hyorin tak tahan lagi. Ia pun berjalan menuju suatu tempat. Taman kampus . Tempat minho dan minra akan bertemu.
“ Hmmm…. minho, aku tidak tau ingin mulai darimana hmm… sejujurnya aku menyukaimu, bagaimana dengan mu? Bagaimana perasaanmu kepadaku minho ?" Kata minra to the point.
Deggh….
Jantung hyorin serasa berhenti berdetak. Ia sudah yakin dari awal bahwa Minra eonni menyukai minho. Tapi bagaimana dengan minho? Apakah ia juga menyukai minra eonni? Hyorin  terus menatap dua sejoli itu tanpa berkedip, tanpa ia sadari matanya mulai memerah.
Minho menarik nafasnya sejenak, kemudian ia tersenyum manis kearah minra “ Aku juga menyukaimu noona.” Ujarnya mantap.
Hyorin menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia tahu akhirnya akan seperti ini, cintanya bertepuk sebelah tangannya. Tak terasa air mata mulai menggenangi matanya yang jernih itu  dan tanpa dikomandoi kini ia berlari jauh sebelum air matanya itu tumpah.
Ia terus berlari dan berlari menuju atap kampus. Sesampainya diatap kampus, ia menurunkan tangannya yang semenjak tadi menutup mulutnya . Kini ia biarkan air matanya mengalir sederas yang ia mampu. Ia biarkan hatinya mengeluarkan semua apa yang ia mau. Ia tidak pernah sesedih ini sebelumnya, hatinya tak pernah sesakit ini sebelumnya, air matanya tak pernah mengalir sebanyak ini sebelumnya.
“ Aku tahu kau tak akan pernah menyukaiku minho, aku tahu kita hanya teman. Terima kasih atas jawabanmu minho. Aku tahu apa yang harus kulakukan sekarang.” Ucap Hyorin disela tangisnya. Kini matanya yang merah itu menatap selembar kertas yang kini berada ditangannya. Kertas penentu nasibnya.


*****

“ Aku juga menyukaimu noona.” Ujar minho mantap. Senyum minra menjadi merekah, ia tidak menyangka minho memiliki perasaan yang sama dengannya.
“ Tapi noona.” Minho menggantung kata-katanya, membuat senyuman minra hilang seketika. “ Tapi apa minho-ssi?”
Minho menghembuskan nafasnya berat mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk mengatakannya. “ Tapi aku tak bisa mencintaimu noona. Hatiku telah terpaut dengan seorang yeoja. Seorang yeoja yang mengunci hatiku, bahkan semenjak aku pertama kali bertemu dengannya.”
Sontak ekspressi Minra berubah terkejut, senyumnya yang tadi terukir manis dibibirnya kini lenyap tanpa bekas. “ Nugu minho? Siapa yeoja itu? “ Tak terasa air matanya mulai mengalir dikedua sudut matanya.
            “ Dia adalah Min hyorin, yeoja yang paling kucintai, jongmal mianhae noona.” Minho menatap minra begitu dalam, dia pun menghapus air mata yang mengalir di pipi minra. Seperdetik kemudian minra pun memeluk minho begitu erat, menumpahkan tangisannya di dada minho yang begitu hangat, tak terasa air mata minho ikut mengalir, ia merasa sangat bersalah kepada minra.
“ Jongmal mianhae noona.”
“ Gwenchana minho.” Minra pun melepaskan pelukannya. “ Aku sudah sangat bahagia bisa mengungkapkan perasaanku padamu.” Minra tersenyum di sela tangisnya.
“ Aku sudah tau dari awal bahwa kau sangat mencintai yeoja itu. Terkadang lidah bisa berbohong namun tidak dengan mata, mata tak akan pernah berbohong dan aku sudah melihat kebenaran dari matamu itu. kebenaran yang mengatakan bahwa kau sangat mencintai yeoja itu.” jelas minra panjang lebar.
 mianhae minra noona.”
Minra tersenyum simpul. “ Tak apa, aku tau perasaan tak bisa untuk dipaksakan. Minho, ini saatnya kau mengungkapkan perasaanmu pada hyorin, aku akan sangat bahagia jika kau bersamanya minho.” tambahnya.
 Raut wajah minho berubah seketika , wajahnya kini nampak muram dan tertunduk. “ Aku…. Aku tidak bisa melakukan itu noona.” Ujarnya.
“ Waeyo?”
“ Karena kami telah berjanji untuk tidak saling mencintai” Minho mencoba menraik bibirnya membentuk senyuman. “ Tapi itu tidak masalah. Bagiku selalu bersamanya sudah menjadi suatu kebahagian  yang amat besar bagiku “



*****


           “ Anyeonghaseo…. Apakah ada orang didalam?” Minho mengetuk sebuah pintu rumah yang begitu sederhana. Tak lama kemudian pintu itu terbuka dan muncul seorang ahjumma dari balik pintu.
             Anyeonghaseo ahjumma, aku teman hyorin, bisakah aku bertemu hyorin?” Tanya minho pada ahjumma itu.
           “ Apakah kau yang bernama choi minho?” ahjumma itu balik bertanya
           “ Nae ahjumma.”
           “ Kebetulan sekali minho.” Ahjumma itu mengeluarkan secarik amplop dari sakunya. “ Hyorin menitipkan sesuatu untukmu.” ahjumma itu menyerahkan amplop itu ketangan minho. Wajah minho berubah penasaran, dibukanya amplop itu, di dalamnya terdapat banyak foto-foto minho juga fotonya bersama hyorin , juga sepucuk surat berwarna hijau, warna kesukaan hyorin . Minho pun membuka surat itu dan mulai membacanya.

      To: my lovely friend yang masih aku cintai hingga sekarang
CHOI MINHO

Dapatkah aku memetik bintang itu
Bintang yang paling bersinar dihatiku
Bintang yang paling indah yang pernah kulihat
Bintang yang sulit untuk kucapai
Karena bintang itu adalah dirimu…
Bintang, bolehkah aku mencintaimu walau hanya sesaat?
Bintang, bolehkah aku mencintaimu walau hanya dihatiku?
Bintang, bolehkah aku merindukanmu saat aku jauh darimu?
Bintang bolehkah aku mengatakan cinta yang tertahan lama dihatiku
hanya untukmu, bintangku…..

                Wajah minho terlihat heran. Ia masih tak mengerti dengan isi surat itu, ia pun membaca lembaran berikutnya.

Minho, hari ini aku akan berangkat ke jepang. Aku ingin mengejar cita-citaku sebagai seorang pianist, berjanjilah padaku untuk menjadi pemain basket terbaik didunia minho. Kelak pasti kita akan mewujudkannya. Maafkan aku tak pamit padamu sebelumnya.
Minho, maaf karena aku sudah mengungkapakan perasaanku padamu tanpa izin. Aku tak akan berharap apa-apa padamu, aku hanya ingin mengatakan itu saja.
Minho, berjanjilah padaku untuk selalu bahagia kapan pun, dimana pun kau berada  , aku juga akan bahagia disini. Untukmu minho….

SARANGHAEYO……

              Mata minho nampak memerah, butiran-butiran bening nampak mengalir dari kedua sisi pipinya, hatinya sungguh hancur berkeping-keping, Yeoja yang dicintainya telah pergi meninggalkannya dengan seberkas luka yang dalam. “ Ahjumma, jam berapa hyorin berangkat ke jepang?” Tanya minho di sela tangisnya.
“ Pesawatnya akan berangkat sekitar lima belas menit lagi “ jawab ahjumma itu mantap.
“ Gomawo ahjumma.” Minho menundukkan badannya sejenak kearah ahjumma itu dan berlari kencang menuju suatu tempat, tempat yang menjadi kesempatan terakhirnya untuk mengungkapkan perasaannya. Bandara.


*****



Kepada penumpang Japanese airline agar segera menaiki pesawat karena sebentar lagi pesawat akan melakukan penerbangan.
                Hyorin menatap kesekeliling bandara berharap bisa melihat seseorang yang ia cintai untuk terakhir kalinya. Namun orang yang dicarinya itu tak menampakkan batang hidungnya. Hyorin mendesah pelan, ia tau namja itu tak akan menemuinya untuk terakhir kalinya.
                “ Kuharap kau bahagia dengan cintamu disana minho.” Ujar hyorin berjalan memasuki bandara dengan menggenggam luka dihatinya.
Minho anyeong, terima kasih sudah mengizinkan aku mengatakan cintaku padamu. Tak terasa butiran Kristal itu kembali mengalir deras di pipinya.
Terima kasih sudah mengajariku arti cinta itu apa.


*****



“ Hyorin-ah….hyorin-ah…” teriak seorang namja sambil menatap kesekeliling bandara. Tak salah lagi, namja itu adalah choi minho. “ Jawab aku Hyorin.” Teriaknya sekali lagi.
Ia pun berlari kesekeliling bandara mencari yeoja tercintanya, berharap ia akan bertemu yeoja itu, namun hasilnya nihil. Yeoja itu telah pergi, yeoja yang dicintainya telah pergi, min hyorin telah pergi.
Minho mendudukkan badannya ditengah bandara itu. ia tak peduli dengan banyak pasang mata yang menatap aneh kearahnya. Air matanya terus mengalir membasahi pipinya mewakili perasaannya saat ini.
“ Mianhae hyorin, jongmal mianhae.” Air mata minho mengalir deras dipipnya. “ Bahkan kau tak sempat tahu betapa aku juga sangat mencintaimu hyorin.” Lirih minho, hatinya begitu hancur menghadapi kenyataan ini, kenyataan yang mengatakan bahwa ia harus berpisah dengan seseorang yang ia cintai, hyorin yang ia cintai.


*****


4 tahun kemudian….
Alunan lembut dentingan piano mengalir indah menyusup diantara penonton-penonton yang ikut menikmati alunan lembut dentingan piano itu.
Ting…
Hyorin mengakhiri permainan pianonya dengan sempurna. Tepukan tangan terdengar riuh memenuhi ruangan yang cukup megah itu. Hyorin berdiri membungkukkan badannya kesegala penjuru arah dengan terus memamerkan senyuman termanisnya.
Hari ini adalah hari yang sangat berharga baginya, setelah dua tahun menimba ilmu di Jepang akhrinya hari ini secara resmi ia memulai debutnya sebagai pianist dikorea setelah lebih dahulu memulai debut di Jepang.
" Gamsahamnida… gamsahamnida…" Ucap Hyorin sambil menerima karangan bunga yang diberikan oleh penonton yang ikut menonton pertunjukan debutnya mulai dari pengusaha hingga pelajar. Seorang pianist memang memiliki tempat yang cukup tinggi dipandangan orang-orang korea. Menurut mereka seorang pianist memiliki kesan mewah dan tidak awut-awutan sehingga tak heran jika pertunjukkan Hyorin mendapat sambutan yang begitu hangat dari penonton.
" Chukkae Hyorin-ah." Sebuah suara mengagetkan Hyorin. Hyorin pun memutar badannya mengahadap sumber suara. Dan senyum Hyorin merekah setelah mengetahui kenyataan yang berada didepannya sekarang.
“ Minra eonni? “ Hyorin menatap yeoja yang kini berdiri didepannya tak percaya. “ Eonni bagaimana bisa kau bisa berada disini?” Teriak Hyorin riang.
“ Chukkae.” Ucap Minra sambil menyerahkan sebuket bunga kepada Hyorin. Hyorin pun menerima dengan senang hati. “ Gomawo eonni.”
Minra mengangguk tersenyum.” Kau terlihat tambah cantik dan tambah ‘feminim’ sekarang.” Goda Minra dengan menekankan pada kata feminim membuat pipi Hyorin bersemu merah seketika. “ Kau bisa saja eonni.”

******

“ Bagaimana keadaanmu sekarang? “ Tanya Minra saat mereka berbincang bersama ditaman belakang gedung.
 “ Ya, seperti yang eonni lihat sekarang. Belajar dan terus berlatih untuk persiapan debutku sebagai pianist di korea seperti sekarang.” Hyorin tersenyum hambar.
Minra mengangguk mengerti.“ Lalu, bagaimana hubunganmu dengan minho sekarang? Apa kalian masih berteman?” Tanya Minra tepat kepada Hyorin. Membuat jantung Hyorin berdetak begitu kencang. Sekelebat kenangan empat tahun lalu kembali merasuki pikirannya. Tentang minho, seseorang yang bahkan sampai sekarang masih belum bisa dilupakannya. Setelah Hyorin pindah ke Jepang, Hyorin memang tak pernah lagi bertemu dengan minho, bahkan berkirim e-mail pun tak pernah. Dan semua itu Hyorin lakukan agar ia bisa melupakan namja itu.
“ Kami tak pernah berhubungan lagi, semenjak aku pindah ke Jepang.” Hyorin menghembuskan nafas pasrah. “ Bagaimana hubungan kalian sekarang? Kenapa eonni tidak kesini bersama minho? “ Hyorin mencoba mengalihkan perhatian.
Minra tertawa kecil. “ Hubungan kami? Hubungan kami baik-baik saja.”
“ Oh Arraseo..”
Tiba-tiba Minra menyentuh pundak Hyorin yang membuat Hyorin sedikit terkejut. “ Mwoya eonni?”
“ Hubunganku dengan minho tak seperti yang kau pikirkan saat ini.” Minra menatap Hyorin dalam. Hyorin mendelik tak mengerti. “ Maksud eonni? “
Minra menerawang kelangit malam yang penuh bintang sambil mencoba mengingat kembali memori masa lalu. “ Kami tidak pernah berpacaran. Minho tidak pernah menyukaiku.” Ucap minra lirih. Hyorin menatap sunbaenya itu tak percaya. Kenyataan apa lagi yang didapatnya hari ini?
“ Hyorin-ah.” Minra menatap Hyorin sungguh-sungguh. “ Aku ingin membawamu kesuatu tempat.” Minra menarik tangan Hyorin lalu membawanya menuju mobil Minra yang berada didepan gedung konser itu.
“ Eonni kau mau membawaku kemana?” Tanya Hyorin ketika mobil yang dinaikinya sudah mulai berjalan menuju suatu tempat yang tantu saja tidak diketahui Hyorin.
" Kau akan tau setelah melihatnya nanti." Kata Minra sambil terus menjalankan mobilnya. Sedang hyorin hanya bisa pasrah sambil terus melirik jam tangan miliknya.
Sekitar seperempat jam kemudian kecepatan mobil minra mulai berkurang hingga akhirnya berhenti disebuah gedung yang cukup megah dan besar." Kita sudah sampai." Kata minra. " Kau masih mengingat tempat ini kan?”
Hyorin menatap gedung itu nanar. Sekelebat kenangan kembali terngiang dipikirannya. “ Konkuk university.” Gumamnya tanpa sadar.
“ Aku pergi dulu ya, anyeong! " Minra pun kembali menjalankan mobilnya meninggalkan Hyorin, namun Hyorin tidak menolak. Entah kenapa ia ingin mengenang masa lalunya disini.
Hyorin berjalan berkeliling melihat keadaan kampus yang sempat membesarkan namanya. Tidak ada yang berubah dengan konkuk university. Bangunannya masih megah seperti dulu, taman-taman tempat nongkrong mahasiswa tidak mengalami banyak perubahan. Bahkan ruangan music tempat ia bermain piano dahulu pun tidak mengalami perubahan sedikitpun. Warna cat dindingnya masih berwarna hijau muda, warna yang mampu membuat hati Hyorin menjadi tenang.
Setelah puas berkeliling dilantai satu, Hyorin pun mulai berjalan menuju tempat favoritnya dulu. Tempat ia mengeluarkan keluh kesahnya. Tempat ia menatap bintang dilangit dan berharap bisa menggapai bintang itu.

“ Minho,apakah bintang dapat diraih?”
“ Ne?”
“Aku ingin memetik bintang yang paling terang itu, Tapi itu sangat sulit untuk diraih,mungkin karna dia memiliki banyak penggemar”

Huft…. Hyorin menghembuskan nafasnya pelan. Bayangan minho kembali terngiang dalam khayalannya. Bayangan minho yang selalu peduli padanya pada saat musim dingin tiba. Bayangan minho yang terkadang selalu membuatnya jengkel karena membuatnya menunggu terlalu lama. Bayangan punggung tegap minho yang setiap hari mengantarnya kekampus dengan sepeda motor miliknya. Bayangan minho yang selalu menghantui dirinya.
Tes…tes…tes…
Air mata itu kembali mengalir melewati kedua sudut matanya dan berubah manjadi aliran sungai kecil dipipinya. Dengan cepat dihapusnya air mata yang terlanjur berjatuhan itu. Meski hati ini terasa begitu sakit mengingat kenangan lalu itu. Dan baginya menghapus kenangan itu tidak semudah menghapus air mata yang mengalir dipipinya.
Hyorin mengangkat tangannya mencoba menggapai bintang dilangit. " Bolehkah aku menggapaimu wahai bintang ? bahkan untuk sekali saja. Aku ingin menggapai bintang yang paling bersinar diantara banyak bintang. Kau tau bintang itu siapa ? dia adalah sahabatku, choi minho. Sahabat yang sangat aku cintai. Tahukah kau wahai bintang, waktu empat tahun yang bagiku sudah cukup lama tidak mampu menghapus bayangannya sedikitpun dari benakku. Aku tak tahu kenapa, mungkinkah karena aku terlalu mencintainya ?" hyorin menghentikan kata-katanya sejenak.
" Benar, aku memang mencintainya, sangat mencintainya hingga aku tak sadar bahwa cintaku  bertepuk sebelah tangan. Sangat bodoh bukan ?" hyorin menrtawai dirinya sendiri.
Hyorin menutup matanya sejenak mencoba meresapi suasana yang sudah sangat lama tak dirasakannya. Tuhan,kumohon kabulkan permohonanku. Aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin bertemu dengan choi minho. Hadirkanlah ia didepanku sekarang tuhan. Meski hanya dalam mimpi dan khayal, itu tak masalah bagiku.
" Min Hyorin.."
Hyorin membuka matanya pelan. Degh…. Ia kenal suara itu. suara seseorang yang begitu ia rindukan. Suara seseorang yang selalu hadir dalam rangkaian doanya.
Hyorin membalikkan badannya menghadap namja itu. “ Choi minho.” Lirihnya pelan. Ia menatap minho dalam. “ Minho kau…” Belum sempat Hyorin berkata apa-apa tubuh tegap minho kini memeluk erat tubuh mungilnya. Jantung Hyorin kembali berdetak kencang. Semenjak ia pergi ke Jepang baru kali ini ia kembali merasakan detakan jantung seperti ini. detakan jantung yang hanya bisa dirasakan ketika ia berada didekat minho.
“ Bogoshipoeo Hyorin-ah.” Ucap minho lirih sambil mengusap-usap rambut panjang Hyorin yang kini tergerai bebas.
“ Nado Choi minho.”
Beberapa saat mereka terhanyut dalam suasana yang begitu mengharukan. Hingga kemudian minho melonggarkan pelukannya dan menatap Hyorin tepat dimatanya. “ Nappeun yeoja, kenapa kau pergi begitu saja dari hadapanku waktu itu? kenapa kau tidak minta izin kepadaku dulu?” Minho memasang tampang garangnya kepada Hyorin membuat Hyorin tertunduk begitu dalam. “ Mianhae minho.” Ujarnya lirih.
“ Mwo? Mianhae ? apakah kata maaf bisa mengubah segalanya? ” Minho masih menatap Hyorin marah.
Hyorin menggeleng pelan. “ Mianhae minho aku tidak ber….”
“ Kenapa kau begitu mementingkan keegoisanmu? Kenapa pergi begitu saja tanpa memberitahuku? Tidakkah kau merasa… "
" Hentikan minho." Potong Hyorin cepat. " Kau tak tahu alasanku meninggalkanmu, Jadi kumohon jangan menghakimiku seperti ini." Mata Hyorin mulai memerah. " Kau tak pernah mengerti aku minho. Saat kau bersama minra noona tahukah kau betapa sakitnya aku ? betapa cemasnya aku takut kehilangan dirimu ? Bahkan empat tahun waktuku di Jepang tidak mampu menghapus bayanganmu dari pikiranku." Kini air mata Hyorin mengalir deras dikedua pipinya. Kakinya tak tahan lagi untuk menopang badannya, ia pun terduduk sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. " Maafkan aku minho. Janji itu tak bisa kutepati, aku benar-benar mencintaimu ."
Tanpa Hyorin sadari sebuah tangan kini memeluk tubuhnya erat seperti tak ingin Hyorin pergi dari sisinya. " Mianhae Hyorin, maafkan aku yang tak bisa memahami perasaanmu sedikit pun. Kumohon kau lupakan semua kata-kata cinta yang pernah kau ucapkan kepadaku."
Hyorin melepaskan pelukannya dari minho, ditatapnya minho dalam.
“ Saranghae Hyorin.” Minho menatap Hyorin lembut. “ Biarkan aku yang mengatakan cinta kepadamu untuk pertama kali dan untuk selamanya.”
“ Minho kau? Ba…bagaimana dengan janji itu?” Ujar Hyorin terbata. Entah kenapa perasaannya bergemuruh sekarang. Pernyataan minho sukses membuat jantungnya serasa akan meledak.
Minho mengelus pipi Hyorin lembut. “ Maafkan aku Hyorin, aku tak bisa menepati janji itu. Aku benar-benar mencintaimu.”
Deegh…. Kini Hyorin tak bisa lagi berkata apa-apa. Pernyataan minho sungguh membuatnya kaku tak bisa bergerak. Apakah ini hanya mimpi?
“ Saranghae Min Hyorin.” Minho mengulangi kata-katanya dan kini dengan nada yang lebih lembut. “ Maukah kau menjadi yeojachinguku?”
Hyorin menatap minho dengan perasaan campur aduk. Namun beberapa kemudian sebuah senyuman terukir dibibir mungilnya itu. “ Nado saranghae Choi minho.”
Minho memeluk Hyorin erat, tak terasa air mata minho ikut mengalir dikedua sudut matanya. Air mata kebahagiaan. Tak ia sangka penantian dan cinta yang sudah terpemdan lama dihatinya kini tersampaikan sudah. Dan tak ia sangka hatinya akan berlabuh pada Hyorin, cinta pertamanya.
Minho melepaskan pelukannya terhadap Hyorin, kemudian ditatapnya yeojachingunya ini dalam.  Tanpa sadar semburat merah merona dikedua pipi Hyorin. Minho mendekatkan wajahnya kearah Hyorin, hyorin yang mengerti keadaan pun mulai menutup matanya hingga….
Drrrt…drrt…..
Hello Hello Nareumdaero yonggil naessoyo,Hello Hello Jamshi yaegi hallaeyo,Hello Hello Naega jom sodooljin mollado,Who knows eojjeom urin Jal dwaeljido molla……
“ Mi….mianhae minho.” Hyorin buru-buru menjauhkan badannya dari minho kemudian mengangkat handphonenya yang berbunyi, sekilas semburat merah masih terpancar dari pipinya, sedang minho hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, baru sadar dengan apa yang akan ia lakukan tadi.
“ Yeboseyo…… Ah nae manager, mwo? Lima belas menit lagi? Nae arraseo aku akan secepatnya kembali. Nae, arraseo. Nee anyeong.”
“ Ada apa Hyorin?” Tanya minho sambil berjalan mendekati Hyorin. Wajah Hyorin menyiratkan kecemasan yang amat sangat. “ Ottokhae minho? Lima belas menit lagi acara jumpa persku akan dimulai.” Kata Hyorin cemas.
Mata minho membulat. “ Jongmalyo? Baiklah, kalau begitu kau aku antar sekarang.” Minho menarik tangan Hyorin.
“ Kita pergi dengan apa?”
“ Dengan motorku.”
“ Mwo?????”

******


“ Gomawo minho ya, aku masuk dulu ya.” Ujar Hyorin sambil menyerahkan helm yang dipakainya kepada minho. Kemudian ia pun beranjak memasuki gedung itu, namun ditahan minho. “ Chakkaman, Hyorin-ah.” Minho menggenggam erat tangan Hyorin dan menatapnya tajam.
“ Mwoya minho-ya?” Hyorin menatap minho tak mengerti.
“ Chagi maksudku Hyorin -ya, Bi…bisakah kau memanggilku dengan panggilan chagi? Ya kita kan sudah berpacaran.” Minho membentuk tanda kutip dengan tangannya pada kata chagi.
Hyorin tertawa keras. “ Hahahahaha….. chagi? Apa aku tak salah dengar? Sejak kapan aku memanggilmu chagi? “
Minho mengerucutkan bibirnya sebal. “ Ya sudah, terserah kau saja ! Aku juga tidak memaksamu memanggilku cha…." Kata-kata minho terputus, tiba-tiba Hyorin mengecup pipi minho lembut, kemudian menatapnya hangat. " Gomawo chagi-ya, aku masuk dulu ya " Ujar Hyorin sambil berlari kecil memasuki pintu masuk Gedung itu. Tubuh minho menghangat, diusapnya pipinya yang kini terlihat memerah. Sebuah senyuman manis terukir dibibirnya.
" Omo…. Hyorin-ssi ! apa yang terjadi padamu ? kenapa dandananmu berantakan seperti ini ? lihat rambutmu tak berbentuk lagi." Cerocos Manager Hyorin tepat saat Hyorin memasuki ruang make-up yeng berada dibalik panggung. Hyorin membungkukkan badannya lama. “ Mianhae eonni, tadi aku kesini dengan menggunakan motor, jadi dandananku sedikit berantakan.” Ujarnya menyesal.
Manager Hyorin menggeleng-geleng pasrah. “ Ya sudahlah, cepat ganti bajumu dan perbaiki dandananmu. Sebentar lagi jumpa pers akan dimulai."
" Nee, gamsahamnida eonni."

*****



EPILOG.

Baiklah… marilah kita sambut pianist berbakat asal Korea yang satu ini, Min Hyorin !!!!
Hyorin berjalan anggun menuju panggung yang cukup megah itu dan diiringi dengan tepukan tangan penonton yang terdengar riuh memenuhi segala penjuru ruangan. Kini Hyorin terlihat sangat cantik dan anggun. Gaun putih panjangnya membalut indah tubuhnya. Rambut panjangnya yang sedikit bergelombang dibiarkannya tergerai melewati bahunya, Sungguh cantik.
 Hyorin tersenyum kepada setiap penonton yang hadir disana.
“ Anyeonghaseo, Min Hyorin imnida.” Ujar Hyorin sambil membungkukkan badannya sejenak. Kemudian ia pun duduk diatas sofa yang memang sudah disediakan untuknya.
“ Bagaimana kabar anda nona Hyorin?” Ucap sang mc sambil tersenyum hangat.
“ Kabarku sangat baik hari ini.” Ujar Hyorin sambil menatap seorang namja yang duduk diantara kursi penonton itu. Namja itu balas tersenyum.
“ Ah, baguslah kalau begitu.” Ujar sang mc ramah. “ Ngomong-ngomong, bisakah anda ceritakan kisah hidup anda hingga anda bisa menjadi pianist berbakat seperti sekarang? ” Mc pun mulai masuk ke topic pembicaraan.
Hyorin menghirup nafas dalam, kemudian tersenyum menatap penonton. “ Jika aku memutar kembali memori masa laluku, akan sangat banyak suka duka yang aku temui. Aku min Hyorin adalah seorang gadis sederhana yang berasal dari negeri kecil bernama Gyeonggi-do.” Hyorin membetulkan duduknya.
“ Sejak kecil aku memang sangat suka bermain piano. Jiwa seniku merupakan warisan dari appa  yang merupakan seorang penyanyi trot.”
“ Penyanyi trot? Aku sangat suka mendengar lagu trot.” Ujar sang mc sambil tertawa pelan sehingga para penonton juga ikut tertawa. " Lalu bagaimana lagi ? "
" Setelah tamat SMA, aku pun memutuskan untuk pergi korea dan menimba ilmu disana, di konkuk university." Hyorin menghembuskan nafasnya pelan. " Dan disana aku bertemu dengan seorang namja yang sangat baik, seorang namja yang mau mengajariku bermain basket, permainan basketnya sangat bagus. Kau tahu aku sangat buruk dalam bermain basket."
Sejenak ruangan itu penuh dengan suara derai tawa setelah mendengar perkataan Hyorin barusan. “ Ternyata aku memiliki teman, aku juga sangat buruk dalam bermain basket.” Canda sang mc sehingga membuat penonton kembali tertawa. “ Jadi namja itu yang mengajarimu bermain basket? Kalian sangat romantis. Apakah hal itu tak membuatmu menyukainya? ”
Hyorin menunduk dalam, semburat merah kembali muncul dipipinya yang mulus itu. Membuat mc sudah mengerti dengan sendirinya jawaban dari pertanyaannya tadi. “ Aku sudah tau jawabannya. Jadi, apakah ia juga menyukaimu? Mengapa kalian tidak berpacaran saja?”
“ Ini terlalu pribadi.”  Hyorin tertunduk malu.
" Ayolah nona Hyorin. Kami ingin mendengar langsung darimu. Agar tidak muncul gossip-gosip baru tentangmu.” Bujuk Sang mc sambil tersenyum nakal.
Hyorin menghembuskan nafasnya pelan, kemudian ia tersenyum manis kepada Mc. “ Kau mc yang cerdik nona. Baiklah aku akan menceritakannya kepada kalian. Awalnya aku merasa bahwa cintaku bertepuk sebelah tangan karena kami berjanji tidak akan pernah menyukai satu sama lain ditambah lagi ia sangat dekat dengan kakak kelas kami.” Hyorin menatap namja yang ia maksud sambil tersenyum.
“ Itulah yang membuat keinginanku untuk melanjutkan study di Jepang semakin besar. Aku ingin melupakannya. Melupakan semua tentang dirinya. Dan berharap aku bisa menemukan lelaki lain yang mampu menghapus semua memoriku tentangnya.”
Mc menatap Hyorin serius.” Dan kau berhasil? ”
Hyorin menggeleng pelan. “ Aku tak berhasil, bahkan setelah aku memulai debutku di Jepang, aku belum bisa melupakannya sedikitpun. “ Ujarnya sambil menatap minho yang duduk diantara kerumunan penonton dengan nanar.
“ Kurasa cintamu kepadanya sangat tulus. " Ujar mc sambil mengusap matanya yang mulai memerah. " lalu bagaimana akhirnya ? apakah  berakhir sedih atau bahagia? apakah kau bertemu lagi dengannya?”
Hyorin mengangkat kepalanya dan menatap kerumunan penonton yang juga menatapnya serius. Hingga tatapannya tertuju pada minho.“ Hanya aku dan namja itu yang tahu.” Ujarnya nanar.  “ Kurasa aku tak harus mengatakan bagian ini.” Tambahnya, kali ini sambil tersenyum manis.
Nona mc menurunkan bahunya yang entah kenapa semenjak tadi terasa menegang.“ Aigoo….. ceritamu sangat menggantung nona Hyorin. “ Protes Sang mc yang hanya dibalas dengan senyuman manis Hyorin.
“Baiklah penonton daripada kita terhanyut dalam suasana yang begitu melankolis, marilah kita dengarkan permainan piano Hyorin, dengan judul piano sonata karya pianist legendaris Wolfgang Amadeus Mozart,” Ujar Sang mc yang diikuti dengan tepukan meriah dari penonton.
Hyorin pun berjalan anggun menuju piano yang sudah tersedia di sudut depan panggung. “ Lagu ini aku persembahkan untuk penonton dimanapun berada.” Hyorin menggantung kata-katanya. “ Dan untuk seseorang yang aku cintai disana. Orang yang selalu melindungi dan menjagaku. Lagu ini untukmu, choi minho.”
Hyorin pun mulai menekan tuts-tuts piano itu dengan lincah, menimbulkan nada-nada indah karya sang pianist legendaris. Semua penonton ikut terhanyut dalam permainan pianonya, tak terkecuali minho. Matanya tak henti-hentinya menatap yeoja yang sejak lama ia cintai.

Dapatkah aku memetik bintang itu
Bintang yang paling bersinar dihatiku
Bintang yang paling indah yang pernah kulihat
Bintang yang sulit untuk kucapai
Karena bintang itu adalah dirimu…
Bintang, bolehkah aku mencintaimu walau hanya sesaat?
Bintang, bolehkah aku mencintaimu walau hanya dihatiku?
Bintang, bolehkah aku merindukanmu saat aku jauh darimu?
Bintang bolehkah aku mengatakan cinta yang tertahan lama dihatiku
hanya untukmu, bintangku…..


-THE END-

     Akhirnya kelar juga ff pertamaku. Gimana ceritanya bagus nggak? soalnya aku rada-rada nggak pede juga. Oh ya sekedar informasi, ff ini aku buat udah lam banget pas awal awal aku kenal SHINee, makanya aku kurang pede.
     makasih banget ya yang udah relain waktunya buat baca ff aku. mudah-mudahan terhibur.
   
    Jangan lupa tinggalin komen ya, soalnya masukan itu hal yang paling berharga bagi penulis pendatang baru kayak aku.

    akhir kata....... ANYEOOOOONG !!!!!! *Kabur bareng minho, si Hyorin ngambek



Read More >>

SHINING STAR (part 1)

anyeong haseo yeorubun......
ketemu lagi sama kicha minki dalam acara cuap cuap ff *tiup tiup terompet,
 abaikan.
oke mumpung sekarang pulang kampung jadi bisa ngepost ff dan merupakan ff debut aku, castnya SHINee coz i love SHINee so much.....
karena ini ff debut jadi mungkin banyak kurangnya, maka dari itu aku minta kritik dan saran dari para readers buat kesuksesan ff ku ini.
oke daripada banyak bacot, mending kita baca nyok ff yang satu ini. check it out !


Tittle          :   SHINING STAR
Author       :   Cha minki a.k.a kicha
Main Cast  :  Choi minho, Min Hyorin, Shin Minra
Length        :  Oneshoot
Genre         :  Friendship, Romance, School Life, Sad
Rating         PG-13


Pagi itu, kota seoul sangatlah cerah. Matahari bersinar terang meski udara di musim dingin sangatlah dingin. Dan disebuah rumah disalah satu sudut kota seoul nampak seorang namja yang sedang duduk di depan beranda sebuah rumah yang cukup kecil dan sederhana. Namja itu tampak menggosok-gosok kedua tangannya karena kedinginan.
" Min hyorin,ayo cepat. Aku sudah menunggumu hampir satu jam. Apa kau ingin membuatku mati kedinginan disini? " Sahut namja itu sambil terus menggosok-gosok kedua tangannya. Ia memang sudah tahu kebiasaann chingunya yang satu ini, yaitu sangat lelet dalam segala hal. Terkadang ia harus rela dimarahi dosennya karena terlambat dan itu dikarenakan oleh Hyorin, sahabatnya. Dan untungnya ia sudah maklum akan hal itu.
" Nae....tunggu sebentar,aku hampir selesai." Sahut min hyorin seorang yeoja pecinta musik berwajah cantik namun bersifat tomboy itu sambil berlari lari kecil menuju depan rumahnya. Hidungnya nampak kemerahan karena dinginnya cuaca di bulan Desember itu.
" Kaja..." ucap namja itu lagi sambil menggenggam tangan dingin hyorin menuju sepeda motor miliknya.
Namja itu dialah namja kesayangan Hyorin,choi minho. Mereka sudah bersahabat semenjak dua tahun yang lalu. Berawal saat minho memergoki hyorin bermain basket di hall kampus mereka, meskipun hyorin merupakan gadis yang tomboy,namun ia akan angkat tangan jika disuruh untuk bermain bola basket. Akibatnya ia nampak kewalahan mengejar bola yang menggelinding ke sana kemari. Akhirnya minho pun mengajari hyorin bermain basket hingga terbentuklah tali persahabatan diantara mereka.
Minho,dia adalah namja yang sangat sempurna bagi para yeoja-yeoja yang melihatnya.Bagaimana tidak, dia memiliki badan yang atletis,tinggi,berkulit putih, dan yang paling membuatnya dikenal adalah kemampuan bermain basket yang patut diacungi jempol.
Dan lagi fakta tentang mereka,walaupun mereka sudah bersahabat cukup lama ,namun hyorin dan minho telah berjanji untuk tidak saling mencintai satu sama lain, entah apa alasannya.  Hal itu terkadang membuat hati hyorin terasa sakit karena diam-diam hatinya  terpaut dengan diri minho,bahkan minho adalah first love nya.
Beberapa menit kemudian, minho dan hyorin sampai di kampus kebanggaan mereka konkuk university. "Hyorin,kita sudah sampai. Kau harus menjaga kesehatanmu. Ingat sekarang adalah musim dingin. Arraseo? " Titah minho sambil bergaya bak seorang umma.
"Nae.. Arraseo umma. " kata Hyorin sambil menatap chingunya itu geli.
“ Mwo? Umma? Kenapa kau mengatakan aku umma? Aku kan seorang namja.” Minho menatap hyorin heran.
“ Tapi, perkataanmu itu seperti umma umma. Mengingatkanku pada ummaku yang berada di gyeonggi-do.”
Minho mendengus kesal.” Ya! itu karena kau adalah sahabatku. Makanya aku harus memperhatikanmu.”

Deggh….
Hyorin menatap minho nanar. Ia tak menyangka minho masih menganggapnya sebagai sahabatnya tak lebih. Ternyata perasaan itu tak pernah berubah untuknya.
“ Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Ingat pesanku tadi, arra ? “ ujar minho sambil berjalan meninggalkan Hyorin yang masih menatapnya dari kejauhannya.
Bisakah aku menggapai bintang itu ?
                                                                                                                                                     
****
     
"Minho ssi...minho ssi.. " panggil seorang yeoja sambil berlari lari kecil ke arah minho,yeoja itu terlihat sangat anggun dan cantik. Minho pun ikut membalas senyuman noona itu " Mwoeyo minra noona?
Shin minra,dia adalah tipe wanita ideal bagi minho.Dia sangat cantik,anggun,berambut panjang,berkulit halus,dan sifat feminim yang disandangnya sangat berbeda dengan min hyorin  yang begitu tomboy.
"Minho ssi,bolehkah aku menemanimu berlatih basket ?"tanya minra.
"Hmm...apakah noona tidak ada kelas hari ini?" minho balik bertanya.
Minra menggeleng."Ani...hari ini dosenku tidak hadir dan kelasku kosong hari ini,jadi daripada bosan lebih baik aku menemanimu berlatih basket, bolehkan minho?"
                      " Tentu saja noona,kaja.." jawab minho.

****

Cause you were my sun, the moon
                      Nae jeonbuyeotdeon neo nae bange itneun
                      Modeun geotdeuri neor geuriwohanabwa
                      Neor wihae chatda jichyeoseo neor jamsi ijeodo
                      Sumgyeonoheun uriui chueogi
                      Gadeug nama cause you're still in my room
     
Itulah sepotong lirik lagu ciptaan hyorin yang ia beri judul in my room.  Hyorin memang sangat jago menciptakan lirik lirik lagu yang indah, ia merupakan mahasiswa terbaik di jurusan musik di kampusnya itu. Selain mahir menciptakan lagu ia juga sangat mahir memainkan beberapa alat music terutama piano. Kelak ia sangat ingin menjadi seorang pianist. Ternyata lagu in my room ini diciptakannya khusus untuk namja kesayangannya,minho.
Minho,liat saja ,kau pasti akan terkejut mendengar lagu ciptaan ku ini… bisik hyorin  dalam hati sambil tersenyum simpul.
Hyorin pun mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, kemudian mengetik nama minho di kontak nya,disana terpampang foto dirinya dan minho yang belepotan cream kue tar. Ia msih ingat, Saat itu adalah ulang tahun minho yang ke 19 dan ternyata minho belum pernah sekali pun merayakan ulang tahun bersama orangtuanya. Hyorin  tersenyum memandang foto itu,tanpa pikir panjang lagi,dipencetnya tombol hijau pada ponselnya itu.

                      tiiiit....tiiiit.....tiiit......

                      Maaf nomor yang anda tuju sedang sibuk silahkan tinggalkan pesan setelah nada berikut ini...
                      minho ssi ,hari ini aku ingin menunjukkan sesuatu padamu ,aku tunggu kau di taman kampus ya...dont be late ok!! anyeong!!’

                      tiiiit....tiiiit...tiiit... 

“ Mungkin dia sedang sibuk.” Gumam hyorin sambil memasukkan buku-buku nya kedalam tas nya kemudian menyandang tasnya. Di liriknya jam tangan pemberian minho yang melingkar anggun di tangannya yang kurus itu. “ Sudah jam 5 sore,lebih baik aku menunggunya sekarang.”

********
     
“Aiiish…kenapa minho begitu lama?” Hyorin memandang kesekeliling kampus yang kini sudah mulai tak berpenghuni .
Apa dia tak membaca pesan suaraku? Bagaimana jika aku saja yang kesana,siapa tau aku bisa belajar basket lagi?? hehehehehe…. hyorin tersenyum sendiri , akhirnya diputuskannya untuk mencari minho ke tempat biasa minho nongkrong, hall basket tentunya.
“ Minho kenapa kau begitu lam….a..” Tiba-tiba hyorin terdiam, ia menjadi speechless.
ternyata ini yang menyebabkan minho tak datang,minra eonni….

Ternyata minho sedang bermain basket bersama shin minra . Minho nampak begitu sabar mengajarkan minra, mereka sangat bahagia hingga mereka tak sadar ada sepasang mata yang menatap mereka dengan begitu lirih.  Mata itu tanpa sadar mengeluarkan butiran-butiran Kristal yang berjalan melewati pipinya yang mulus. “ Mian minho..” ujar pemilik mata itu lirih sambil berlari sejauh mungkin. Ia tak tau ingin berlari kemana , ia tak tau ingin berteriak kepada siapa karena semua seperti seperti benda mati.

********
     
“ Noona, apa kau tidak merasa lelah ?” ujar minho terengah engah.”Bayangkan kita sudah 8 jam bermain basket,sekarang sudah jam 7 malam.”tambahnya lagi,nafasnya begitu tak beraturan.
          
“ Aku?? “ Minra menunjuk dirinya sendiri. “ Tentu saja tidak.heii,ternyata kau lebih lemah daripada aku minho “minra tertawa lepas.
 “ Kau benar noona,aku sudah sangat lelah,mari kita istirahat sebentar”ujar minho sambil meraih sebotol air mineral dan sekejap saja air mineral itu berpindah ke perutnya.
“Ya minhoo…..apa kau begitu lelah ?” minra  tersenyum menatap minho.
Minho hanya tersenyum simpul menanggapi perkataan Minra . Tiba-tiba matanya tertuju pada ponselnya yang berkedip-kedip. Pesan suara ?dari siapa? Pikirnya. Dirahnya ponselnya tadi.
“ Oh tidak…hyorin!!” wajah minho nampak begitu cemas.
“Ada apa minho? kenapa wajahmu begitu cemas?” Tanya minra heran
 “Noona,bisakah kau pulang sendiri?”
“ Waeyo???apa yang terjadi?” Tanya minra lagi.
“Ada suatu hal penting yang ingin ku cari"
“Sesuatu??apa itu?”
“Sesuatu yang paling berharga” ujar minho sambil berlari meninggalkan minra sendirian  terpaku dalam kebingungan.
"Sesuatu yang berharga? "
“Hyoriiin…min hyoriin!!!” teriak minho sambil mencari kesekeliling kampus mulai dari taman,kelas,hingga ke gedung rektorat namun hasilnya nihil,hyorin tak menampakkan batang hidungnya.

***

“Jongmal mianhae minho, aku tak bisa menepati janji itu.” Ujar hyorin lirih sambil menerawang kosong ke langit yang dipenuhi banyak bintang. " Cinta itu sudah terlanjur berkembang dihatiku."
 Memang inilah kebiasaan hyorin jika ia sedang sedih yaitu melihat bintang di atap kampus,mungkin bisa dikatakan itulah tempat favoritnya jika sedang sedih dan ingin sendiri.
“Hyorin-ah…” Panggil seseorang di belakangnya,suara orang itu terdengar lirih. Dan hyorin tahu bahwa itu adalah suara namja kesayangannya, choi minho.
“Minho? Kenapa kau bisa tau aku ada disini?” Tanya hyorin heran.
“ Gwenchana Hyorin-ah ?apa kau baik-baik saja?” minho balik bertanya tanpa memperdulikan pertanyaan hyorin.
“Aku?? Tentu saja aku baik-baik saja.kenapa kau nampak begitu mencemaskanku? Kau sangat lucu sep…” ucapan hyorin terputus,tiba-tiba minho memeluknya sangat erat. Jantung hyorin berdetak begitu kencang ,mungkin detakan itu bisa dirasakan oleh minho.
“A….aa..pa yang kau lakukan minho?” Tanya hyorin gugup.
“Mianhae hyorin..” ujar minho lirih.
“Atas apa?”
“Karena aku selalu membuatmu menungguku..” jawab minho lagi dengan nada yang lirih.
“Heii minho…kenapa kau begitu melankolis sekarang..hahahaha”  hyorin tertawa keras dibalik pelukan minho. Akhirnya minho melepaskan pelukannya.
“Kau ingin tau kenapa? Karena kau adalah sahabat yang paling berharga.”  minho menatap hyorin,sangat dalam.
Kau lebih dari sahabat bagiku minho.
“Hahahaha…..kau jangan lebay seperti ini minho. Aku bukan anak kecil lagi.” Hyorin tertawa lebar,namun tawa itu tak seperti tawanya dulu,kini tersimpan rasa sakit dari matanya.
Hyorin kembali menatap ke arah langit,langit penuh bintang.
“Apa yang kaulakukan malam-malam sendirian disini?” Tanya minho ikut menatap langit.
“Menunggumu..” jawab hyorin sekenanya, matanya masih tertuju ke langit.
“Benarkah ?”
“Ha ha ha ha….ternyata kau sangat mudah kege-er an. Mana mungkin aku menunggumu.aku sedang menatap langit malam,sangat indah.”  Hyorin memejamkan matanya sambil menghirup udara malam yang begitu dingin, meski begitu ia tak peduli. Baginya hatinya sekarang sudah lebih dingin daripada dinginnya angin malam itu.
“Jongmal?” Tanya minho sambil menatap ke arah hyorin.
 “ Tentu saja.untuk apa aku menunggu namja sepertimu” jawab hyorin sambil mencibir kearah minho.
“ Aaah…..dasar kau yeoja aneh”  minho menatap yeoja itu gemas dan mengacak-acak rambut panjangnya. “Ngomong-ngomong sejak kapan seorang hyorin yang begitu tomboy senang melihat bintang?” Tanya minho sambil mentap bintang.
 Hyorin hanya tersenyum.“ Memangnya orang tomboy dilarang melihat bintang?”
“ Tidak juga sih…”
 “Minho,apa kau juga suka melihat bintang?”
 “Hmmm…..tidak juga,tapi demi menemanimu aku juga akan melihat bintang."
“ Minho,apakah bintang dapat diraih?” Tanya hyorin lagi.
 “ Ne?”
“Aku ingin memetik bintang yang paling terang itu” Hyorin menatap minho dengan tatapan yang sangat dalam, berbeda dan memiliki arti tersendiri.” Tapi itu sangat sulit untuk diraih,mungkin karna dia memiliki banyak penggemar” tambahnya.
            “ Hyorin , tentu saja bintang sulit untuk diraih. Jarak bintang dari bumi itu berjuta-juta tahun cahaya,selain itu bintang itu juga sangat besar bahkan jauh lebih besar dari matahari,emangnya mau kamu simpan dimana bintang itu?” Minho menjelaskan panjang lebar dan masih menatap langit .
            “ Tidak,saat ini dia sangat dekat denganku.bahkan aku bisa melihatnya dengan jelas.” tiba-tiba wajah minho berubah terkejut,ia pun menatap hyorin heran.
” Benarkah? itu mustahil,walaupun jika dilihat seperti sangat dekat tapi nyatanya bintang itu sangat jauh hyorin. Apa kau tak pernah belajar fisika ha?” Cerocos minho dengan tampang innocentnya.
Aiish…kenapa kau begitu lugu minho?
 “ Mungkin kau benar minho,mungkin karena itu aku sangat sulit mencapainya.”
Hyorin bangkit dari duduknya.“KENAPA KAU TAK PERNAH MENGERTIIII!!!!!”  Hyorin berteriak kearah langit. “ BINTANG,KAU BEGITU PABO..PABO…TAK TAHUKAH KAU AKU TERSIKSA DISINI? " tak terasa air matanya mengalir dipipinya.
“Pabo…pabo…pabo..” gumamnya terisak-isak, matanya masih mengeluarkan butiran-butiran Kristal itu.
“ Hyorin kau menangis?” minho menatap hyorin cemas..
Hyorin menghapus air matanya dengan punggung tangannya “Anio…aku tidakk menangis.”
“Apa maksudmu tidak menangis ? lihat,air matamu keluar begitu deras, ingusmu juga.” Minho menatap hyorin cemas.
“ Sudahlah minho, tidak usah dibahas lagi.aku sangat lelah,aku ingin pulang” ujar hyorin sambil menyandang tasnya juga gitar kesayangannya.
“Aku akan mengantarmu.”
“ Tidak usah minho,kau nampak sangat lelah.biar aku pulang dengan bus saja” ujar hyorin sambil berlalu menjauhi minho.
Ada apa denganmu hyorin?  minho menatap Hyorin yang sudah berlalu menjauhinya.


****
   “ Aiishh….kenapa kau begitu lemah hyorin?” ujar hyorin sambil menghempaskan dirinya kekasur. “ Apakah dia tau perasanku ? “ gumamnya lambat.
 “Minho,jongmal mianhae..aku tak bisa menepati janji itu,jongmal jongmal jongmal mianhae.” Lirih hyorin kini sambil menatap koleksi foto-foto minho yang terpajang di dindingnya. Ternyata diam-diam hyorin mengkoleksi foto-foto minho dengan berbagai gaya,mulai yang paling natural hingga yang paling narsis sekalipun. “ Minho waktu kita tak akan lama lagi. Neomu saranghae minho,jongmal.”

          

*******


Pagi itu konkuk university sangatlah ramai. Semua mahasiswa nampak sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Ada yang bercanda berombongan, ada yang bermain dengan laptopnya ataupun ada yang hanya sekedar membaca buku di taman-taman sekitar kampus itu. dan salah satu diantara adalah seorang yeoja yang setia menggendong gitar kesayangannya yaitu min hyorin. Dan dibelakangnya nampak seorang namja yang berjalan tergesa-gesa kearahnya.
“ Hyorin-ah…min hyorin..” panggil minho dari arah koridor kampus. Membuat hyorin menghentikan langkahnya.
 “Minho?? Mwoeyo?”Hyorin menatapnya heran.
 “Apa kau baik-baik saja hyorin?” wajah minho langsung berubah cemas.
  “Minho,kenapa kau selalu menanyakan keadaanku? Aku tidak ingin lagi disamakan dengan anak kecil,arraseo?” wajah hyorin langsung berubah cemberut.
  “ Arraseo,hyorin ku yang cantik.” Ujar minho sambil mengacak-acak rambut panjang hyorin.
  “Yaaa….minho,kenapa kau begitu jahil” teriak hyorin sambil merapikan poni-nya yang berantakan. Minho menanggapinya dengan tawa yang begitu lepas.
Kebahagian ini akan berakhir sebentar lagi minho.
             “Minho,sebenarnya ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu.” Tiba-tiba hyorin mengubah suasana menjadi sedikit serius.
“Sesuatu?? Apa itu??” Tanya minho masih dengan senyuman yang terukir tulus dibibirnya
“Hmm…begini,aku mendapatkan be…..” Ucapan hyorin terputus. Tiba-tiba seorang yeoja memanggil minho dari kejauhan,ya yeoja itu adalah shin minra.
“Minho ssi…” panggil yeoja itu sambil berjalan mendekati mereka berdua,yeoja itu kini mengenakan dress pink lembut pastel, sangat cocok dengan kulitnya yang putih mulus.
 “Anyeonghaseo hyorin-ah.” ucap minra ramah kepada Hyorin.
“Oh..anyeonghaseo eonni” jawab hyorin sambil menundukkan badannya sejenak.
 Mata minra kembali tertuju kearah minho.
“Minho ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu minho,tapi mungkin nanti. apakah kau ada waktu?” Ujar minra kepada minho.
Sejenak minho menatap kearah hyorin, kemudian matanya kembali menatap mata minra.”Tentu saja bisa noona “ ujarnya mantap.
Senyum minra terkembang merekah. “ Oh baiklah kalau begitu, aku ingin pergi ke kelasku dulu. Anyeong minho anyeong Hyorin.” Ujarnya sambil berjalan menjauhi kedua pasang sahabat itu. Setelah menghilang, kini mata minho kembali menatap chingunya itu.
“ Jadi, apa yang ingin kau katakan padaku tadi Hyorin?” tanyanya.
“ Oh, tidak ada. Lupakan saja. Aku juga harus pergi ya minho. Anyeong ! ”ujar Hyorin sambil berjalan menjauhi minho yang sedang menatapnya heran.



****

Hari sudah menunjukkan pukul 5 sore. Matahari sudah mulai kembali keperaduannya. Menimbulkan aurora-aurora indah yang menghiasi langit senja itu. Konkuk university sudah mulai gelap dan sepi, namun disebuah bangku panjang ditman kampus itu, nampak seorang namja dan seorang yeoja yang sedang duduk berdua. Ya, namja dan yeoja itu adalah minho dan minra.
“Noona,apa yang ingin kau bicarakan kepadaku?” Tanya minho sambil menatap kearah minra.
Minra menghembuskan nafasnya pelan. mencoba menghirup hawa-hawa positif disekitarnya.“ Hmmm…. minho, aku tidak tau ingin mulai darimana hmm… sejujurnya aku menyukaimu, bagaimana dengan mu? Bagaimana perasaanmu kepadaku minho ? “ Tanya minra to the point. Hal itu membuat raut wajah minho kelihatan kaget, Seperdetik kemudian wajah minho kembali stabil.
“ Aku juga menyukaimu noona.” Ujarnya mantap.

-TBC-

akhirnya kelar juga part 1, aduh gimana nih jelek ya? atau feelnya nggak dapet? ato gimana,
oke kita lanjut ke part 2 ya?
LEAVE YOUR COMMENT HERE! DON'T BE A SILENT READERS
 

Read More >>